Sabtu, 14 November 2009

REVOLUSI EKONOMI

REVOLUSI EKONOMI

Sejak turun dari pohon-pohon,manusia telah menghadapi masalah mempertahankan kehidupannya, bukan sebagai seorang individu, akan tetapi sebagai anggota dalam kelompok. Bahwa ia tidak pernah merupakan bukti bahwa ia berhasil mengatasi masalah itu, tetap terus adanya kekurangan dan kesengsaraan, bahwa di Negara-negara yang terkaya sekalipun, adalah bukti bahwa penyelesaian yang telah diusahakannya itu paling banter baru mencapai separuhnya.

Namun janganlah manusia dikecam terlalu keras karena kegagalannya menciptakan suatu sorga di dunia ini. Amatlah sukar untuk memperoleh sesuatu yang menjamin penghidupan pada permukaan planet ini. Kacau imajinasi kita kalau dipikirkan usaha-usaha manusia yang tidak henti-hentinya untuk menjinakan binatang-binatang, menemukan cara penanaman benih, dan mengerjakan biji logam yang terdapat pada permukaan bumi. Hanya karena manusia itu makhluk sosial yang bekerja sama, yang menyebabkan ia berhasil dalam melanjutkan jenisnya.

Tetapi kenyataan bahwa ia harus bergantung pada orang lain, telah membuat masalah mempertahankan kehidupan ini luar biasa sukarnya. Manusia itu bukanlah seekor semut yang sejak lahir dilengkapi pola naluri sosial. Sebaliknya manusia dikaruniai dengan sifat-sifat mementingkan dirinya sendiri. Apabila keadaan fisiknya yang relatif lemah itu memaksanya untuk bekerja sama, hatinya yang tidak dapat dikendalikannya itu selalu mengancam akan menghancurkan kerja sosial tersebut.

Dalam suatu masyarakat primitip, perjuangan antara agresi dan kerjasama ditentukan oleh alam sekitarnya, apabila kelaparan mengancam masyarakat setiap harinya “seperti halnya dengan orang-orang Eskimo dan suku-suku pemburu dari afrika” maka kebutuhan untuk mempertahankan hidup memaksa masyarakat untuk bekerjasama dalam pelaksanaan tugas setiap harinya. Akan tetapi pada masyarakat moderen tekanan nyata dari alam sekitar ini tidak ada. Sekiranya manusia itu tidak lagi bahu membahu melaksanakan tugas yang secara langsung berkenaan dengan usaha mempertahankan hidupnya. Apabila separuh atau lebih dari penduduk bumi ini tidak pernah menggarap tanah, memasuki lubang-lubang tambang, membangun dengan tangan mereka, ataupun memasuki sebuah pabrik, kelangsungan hidup hewan manusia ini merupakan suatu kenyataan sosial yang menakjubkan.

Begitu menakjubkan, memang, bahwa eksistensi masyarakat itu bergantung pada sehelai rambut. Masyarakat moderen terancam oleh seribu macam bahaya : kalau sekiranya petani-petani gagal menghasilkan panen yang cukup jumlahnya, kalau sekiranya pekerja kereta api mengambil keputusan menjadi penata buku atau para penata buku memutuskan untuk menjadi pekerja kereta api. Kalau terlampau sedikit orang yang bersedia menyumbangkan jasa-jasanya sebagai pekerja tambang, pekerja pada pengecoran baja, atau sebagai calon-calon insinyur, pendek kata kalau sekiranya salah satu dari pada seribu tugas masyarakat yang kait-berkait itu tidak dilaksanakan, dengan tidak dapat ditolong lagi kehidupan industri akan kacau balau tanpa harapan akan baik lagi. Setiap hari manusia akan menghadapi kemungkinan kehancurannya, bukan karena disebabkan oleh tenaga-tenaga alam, akan tetapi sebagai akibat sifat manusia yang tidak dapat diramalkan sebelumnya.

Berabad-abad lamanya manusia telah menyelesaikan masalah kelangsungan hidupnya tersebut dengan menggunakan salah satu dari cara-cara penyelesaian ini. Dan selama masalah itu ditangani dengan cara tradisi atau perintah, hal ini tidak memberikan kesempatan bertumbuhnya suatu bidang studi khusus yang dinamakan ilmu ekonomi. Walaupun masyarakat dari zaman sejarah telah menunjukan difersitas ekonomi yang sangat menakjubkan.

Pemecahan soal kelangsungan hidup yang paradoks, halus dan sukar inilah yang malahirkan ahli-ahli ekonomi. Sebab tidak seperti dengan cara yang sederhanayaitu menurut adat-istiadat dan perintah, sama sekali tidak jelas bagaimana masyarakat dapat terus bertahan apabila setiap orang hanya mengejar keuntungannya sendiri. Belum tentu semua pekerjaan masyarakat dari yang kasar sampai yang halus akan terlaksana jika sekiranya tradisi dan perintah tidak lagi mengatur dunia. Apabla masyarakat tidak lagi mematuhi apa yang didiktekan seseorang, mau kemana sebenarnya masyarakat itu ?

Para ahli ekonomilah yang yang berusaha menerangkan teka-teki ini. Tetapi sebelum gagasan sistem pasaran ini dapat diterima, tidak ada persoalan sama sekali yang harus diterangkan. Dan sampai beberapa abad berselang orang sama sekali tidak yakin, bahwa sistem pasaran tidak perlu dipandang dengan rasa curiga. Jijik serta prasangka. Selama beberapa abad dunia berjalan baik diatur oleh tradisi dan perintah. Untuk meninggalkan keadaan yang aman ini demi sistem pasaran yang mengandung hal-hal yang diragukan serta membingungkan, diperlukan suatu revolusi.

Di tinjau dari sudut pembentukan masyarakat modern, ini merupakan revolusi terpenting yang pernah terjadi yang secara fundamentil jauh lebih merisaukan dari pada revolusi Prancis, Revolusi Amerika, ataupun Revolusi Rusia. Untuk memahami betapa hebatnya betapa besar kegoncangan yang ditimbulkannya terhadap masyarakat, perlu kita menyelami dunia lama yang telah dilupakan orang dan yang merupakan masyarakat asal-usul masyarakat kita sekarang ini. Hanya dengan cara inilah akan menjadi jelas mengapa ahli-ahli ekonomi harus menunggu begitu lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar